Bekerja sama dengan Duta Pudak Lestari, pada akhir September 2017 lalu bright PLN Batam membagikan sebuah alat manual pembuat pupuk kompos dari sampah organik yang biasa disebut Komposter. Sebuah alat menyerupai tong sampah dari bahan fiber dengan saluran air di bawahnya.
Program komposter dilakukan di Kavling Bukit Mulia, Blok A1, RT 006, RW 020, Kelurahan Kabil, Nongsa, dengan memberikan 25 komposter untuk 30 KK warga di sana. Namun setelah proses pelatihan, jumlah KK yang ikut meningkat menjadi 56 KK dikarenakan tingginya semangat ibu-ibu warga Kavling Bukit Mulia untuk menjadi kader pelatihan.
Enam bulan sudah program berjalan dan pada Kamis (1/2/2018), warga di Kavling Bukit Pelita Indah menuai hasil dari kerja keras mengompos sampah organik menjadi pupuk, yaitu panen sayur kangkung.
Manager Humas bright PLN Batam, Bukti Panggabean, dalam sambutannya mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang terlibat dalam program ini. Terutama pihak RT, RW, dan Kelurahan hingga Kecamatan yang berperan aktif untuk mendukung terlaksananya program Batam 1.000 Komposter (B1K).
“Kegiatan ini membuktikan pemerintah sangat peduli dan mendukung program komposter,” kata Bukti. Selain itu, Bukti juga mengapresiasi semangat Ibu-ibu kader yang mengikuti pelatihan karena sangat bersemangat untuk berkarya yang dimulai dari rumah sendiri.
“Pekarangan atau halaman rumah yang kecil bukan halangan bagi kita untuk berkarya. Kita dapat melakukan sesuatu yang bermanfaat dan positif bagi keseharian kita. Kalaupun benih yang kita tanam belum cukup untuk keperluan komersil, tapi dapat dikonsumsi sendiri,” ujarnya lagi.
Dengan adanya kegiatan tersebut, lanjut Bukti, masyarakat diajarkan untuk mengolah sampah organiknya sehingga dapat dimanfatkan sebagai pupuk. “Kami harap ibu-ibu tetap semangat dan kami ucapkan terima kasih atas apresiasinya, ke depan kita tetap mendukung program komposter ini,” tutup Bukti.
Bu Ami, seorang kader, warga Kavling Bukit Mulia mengatakan, program komposter sangat bermanfaat. Bu Ami yang dalam kesehariannya berjualan nasi uduk sebagai sumber pendapatan sangat terbantu mengurangi dan mereduksi volume sampah di rumahnya.
“Sebelum ada program ini, saya buang sampah sisa berjualan ke TPS terdekat setiap hari. Tapi sekarang saya mendapatkan ilmu yang bermanfaat dari program komposter ini, terutama dalam memperoleh pupuk dari sampah rumah tangga yang bisa dimanfaatkan menyuburkan tanaman,” papar Bu Ami.
“Dari awalnya kita tidak tahu mengelola sampah menjadi kompos sekarang menjadi tahu, bisa menanam,” tambahnya lagi.
Sum/KB
Komentar