oleh

Ketika Ma’aruf Amin Kritik Prabowo Suka Gaduh, Puji Jokowi Suka Kerja

-Home, Nasional-715 views

ACIKEPRI.COM,Ketika ada yang suka atau tidak kepada seseorang kita harus melihat dengan jelas apa yang menjadi dasar orang tersebut menyampaikan pendapatnya. Kalau pendapatnya tersebut hanya karena perasaan tidak suka tanpa dasar logika yang jelas, maka bisa dipastikan itu hanyalah perasaan iri dan dengki. Apalagi kalau yang dijadikan dasar adalah sesuatu yang mengada-ada.

Belakangan ini kubu kaum 212 kembali hadir dengan kritik-kritik tidak berkualitas. Bukan mempersoalkan hal yang berhubungan dengan fungsi seorang Presiden, melainkan terus saja sibuk mengurusi urusan pribadi orang dengan Tuhannya. Seolah-olah mereka ini punya hak istimewa bisa menilai seseorang taat atau tidak. Padahal itu adalah hak prerogatif Tuhan.

Memang masalah terbesar di Indonesia ini adalah semakin banyaknya orang yang menjadi tuhan kecil dengan keilahian butut dibandingkan menjadi manusia besar yang punya kemanusiaan sejati. Karena itu, Indonesia ini menjadi bangsa yang sibuk direcoki kaum yang mau hidup kembali seperti pada masa kegelapan. Padahal kita ini sudah hidup dalam masa pencerahan dengan.

Baru-baru ini, kaum 212 sibuk mengurusi soal Jokowi bisa mengaji atau tidak. Mereka terus mempersoalkan sesuatu yang sebenarnya sudah jelas dan berharap yang lain ikut meragukan hal tersebut. Padahal sudah jelas Jokowi itu beberapa kali dimintai menjadi imam memimpin shalat.

Berbanding terbalik dengan kaum 212, Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia Ma’ruf Amin, beliau menyatakan kesukaannya dengan pribadi Jokowi. Dasar Ma’aruf menyatakan tersebut adalah karena Jokowi orang yang lebih suka berkerja dibandingkan buat kegaduhan. Ma’aruf pun membandingkan pribadi Jokowi dengan Prabowo yang lebih suka buat kegaduhan.

“Makanya saya suka beliau, Pak Jokowi itu, karena yang penting kerja, tidak usah mengucapkan. Politik itu kan sebaiknya tidak diucapkan, tapi dilaksanakan, dikerjakan. Jadi kerja, kerja, jangan bikin statement yang bikin gaduh saja,” papar Ma’ruf.

Pernyataan Ma’aruf ini terkait dengan pernyataan Prabowo yang menyebut bahwa ada elit di Jakarta yang bermental pembohong dan maling. Menurut saya, pernyataan Ma’aruf tadi juga sangat tepat disampaikan juga kepada kaum 212. Daripada terus buat gaduh mending buat karya dan terus berkerja.

Tetapi apa daya, setiap kita pastinya tergambar dengan sosok atau tokoh yang kita sukai. Kalau suka Prabowo, Amien Rais, dan bahkan Rizieq Shibab maka tidak heran kalau akhirnya hanya jadi tukang buat gaduh daripada berkerja. Itulah mengapa, cara pandang Ma’aruf Amin harus ditiru oleh yang lain yang sibuk urusin ngajinya Jokowi bukan kinerjanya.

Jadi, kalau kita ketemu pendukung Jokowi lebih suka buat gaduh daripada kerja, maka jangan percaya. Karena ingat, sebagai pendukung Jokowi, kita harusnya lebih banyak bekerja daripada buat gaduh. Setuju??

sumber:indovoices

Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *